Berita Merdeka – Calon Walikota Tegal H. Edy Suripno, S.H.,M.H alias Uyip dinilai oleh Ketua Kelompok Kajian Kebijakan Publik (K3P) Irwan Santoso, paling realistis terutama pada menjawab pertanyaan dipenghujung dari Moderator acara Pentas Seni dan Dialog Kebudayaan yang digelar Dewan Kesenian Kota Tegal di Teater Arena, Taman Budaya Tegal, Minggu, 3 November 2024.
“Mas Uyip nampak sekali kualitasnya sebagai sosok yang memahami betul anatomi pemerintahan Kota Tegal seperti bagaimana posisi keuangan pemkot Tegal terutama pada perimbangan pembelanjaan daerah,” ujar Irwan Santoso yang mengikuti secara langsung Dialog Kebudayaan tersebut.
Pentas Seni dan Dialog Kebudayaan yang mengambil tema ‘Menakar Komitmen Calon Walikota Tegal Memajukan Kesenian’ menurut Irwan Santoso telah menjadi panggung bagi Uyip menyampaikan fakta empirik sebagai mantan anggota DPRD Kota Tegal yang kemudian terkonsep dan tinggal mengimplementasikan kembali ketika dirinya terpilih sebagai Walikota Tegal periode 2024 – 2029.
Edy Suripno yang dalam pencalonan Walikota Tegal berpasangan dengan Akhmad Satori menjawab awal pertanyaan moderator yang dipandu Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal Suriali Andi Kustomo masih pada tataran landai bagaimana pemerintah Kota Tegal untuk lebih memajukan dunia kesenian.
Beberapa poin penting disampaikan Uyip seperti soal birokrasi yang nyaman sebuah birokrasi yang bekerja sepenuh hati bukan birokrasi asal bapak senang (ABS) atau birokrasi kedekatan, tetapi kompetisi yang sehat, maka dengan birokrasi yang nyaman tersebut outputnya bentuk pengabdian yang nyata pada masyarakat.
“Birokrasi yang nyaman didalamnya akan membiaskan, menghormati partisipasi masyarakat, suara rakyat dan menghormati dan menempatkan suara rakyat sebagai pemegang kedaulatan,” ujar Edy Suripno.
Pada perspektif Uyip yang paling dasar, bahwa penyusunan program pembangunan apapun akan mudah dilakukan dengan landasan pembenahan budaya seperti budaya corrupt, budaya partisipatif (asal bapak senang) yang hanya kamuflase belaka itu dihentikan.
“Mau menyusun program apapun itu akan mudah, tapi kalau budayanya tidak kena, budaya koruptif, budaya partisipasinya itu dihentikan, maka saya yakin itu hanya kamuflase hanya omongan belaka. Maka kita tidak ingin membangun seperti itu. Yang tadi disampaikan oleh mas Dedy, pada akhirnya kita harus melihat kebijakan anggaran,” terang Uyip.
Ia mencontohkan berapa anggaran yang dikeluarkan selama 5 tahun untuk Taman Budaya Tegal (TBT) pada saat dirinya di Komisi DPRD Kota Tegal, tidak ada laporan Taman Budaya Tegal tentang anggaran perawatan gedung tersebut hanya Rp15 juta untuk 5 tahun.
“Kalau tidak percaya silahkan dicek. Artinya hari ini kitapun harus punya kesadaran bahwa kondisi keuangan daerah kita hari ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Maka disanalah kata kunci kita mau membikin sebuah program. Kita bisa saja melentingkan Kota Tegal, pertanyaannya adalah hari ini Duitnya ANA ORA?,” katanya.
Lebih lanjut disebutkan oleh Uyip bahwa dalam penyusunan APBD Kota Tegal, tidak ada keberpihakan kepada masyarakat Kota Tegal. Antara belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan kemudian kita alihkan pada belanja modal, itu kapasitas yang njomblang. Belanja modal hanya sekitar 43 miliar dari 1 triliun seratus lima puluh miliar,” ungkap Uyip.
Sedangkan yang 1,1 triliun hanya digunakan hanya untuk urusan belanja pegawai dan belanja barang dan jasa yang hanya digunakan didalam pemerintahan daerah. Kalau bicara program, maka bagaimana sistem pemerintahan itu clean.
Pernyataan Uyip dalam Dialog Kebudayaan tersebut, bagi Ketua K3P Irwan Santoso sudah cukup terang benderang apa yang bakal dilaksanakan dalam pemerintahan Edy Suripno dan Akhmad Satori ketika sudah memahami betul komposisi belanja dari nilai APBD Kota Tegal.
“Menarik sekali apa yang disampaikan mas Uyip selain persoalan komposisi belanja daerah, juga keinginan mengembalikan kejayaan Kota Tegal sebagai kota yang pernah mendapat julukan Jepangnya Indonesia,” ungkap Irwan Santoso.
Belum lagi katanya, akan ada upaya pengelolaan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Kota Tegal seperti banyaknya anak usia produktif yang kedepan dapat berpartisipasi didalam pembangunan Kota Tegal melalui program tenaga kerja migran yang sudah memiliki kementerian tersendiri. (Anis Yahya)