Berita Merdeka – Diskursus Simpul-simpul permasalahan kurang berkembangnya Perpustakaan dan terkait efektifitas eksistensi perpustakaan di Indonesia muncul dari pemikiran para tokoh yang menjadi narasumber pada Seminar Nasional dan Rakornas I FPMSI yang digelar selama 3 hari di Riez Hotel, Kota Tegal, Jumat – Minggu, 15 – 17 November 2024.
Menurut seorang penulis buku, pegiat literasi, serta konsultan media dan kreatif nasional, Maman Suherman, baginya yang menjadi perhatian yaitu masih minimnya pustakawan sebagai penggerak aktivitas atau pengelola di perpustakaan-perpustakaan.
“Maka dengan terselenggaranya Rakornas I FPMSI diharapkan setidaknya dapat merumuskan materi yang berupa saran untuk dilanjutkan kepada kementerian terkait, untuk menyampaikan bahwa perpustakaan nantinya betul-betul dikelola oleh para pustakawan yang terlatih dan terdidik,” ujar Maman Suherman pada awak media disela istirahat acara.
Perpustakan, lanjut Maman harus mampu menghidupkan literasi tidak seperti yang terjadi sekarang ini dimana aktifitas perpustakaan sekolah hanya 3 jam dalam seminggu.
“Tapi perpustakaan harus betul-betul menghidupi gerakan literasi, apalagi di kemenko PMK sudah ada kedeputian literasi,” tambahnya.
Terdapat 6 program yang dicanangkan Kementerian Pendidikan Dasar Menengah salah aatunya adalah tentang kegiatan literasi dan didalamnya adalah penguatan untuk perpustakaan.
“Katanya akan ada kebijakan jangan hanya diberikan kepada tenaga pendidik sekedar kerja tambahan, tapi juga harus ada pustakawan yang mudah-mudahan itu bisa menjadi harapan kita untuk kemajuan perpustakaan kita,” terangnya.
Majunya perpustakaan paling tidak katanya sambil berkelakar akan menggugurkan adagium bahwa perpustakaan di Indonesia tidak menjadi tempat tersunyi setelah kamar mayat.
Maka dengan adanya Rakornas I FPSMI bagi Maman membawa angin bahwa ada satu kepedulian melihat perpustakaan ada upaya bersinergi kolaborasi dan adanya semangat interlibrary loan yang satu sama lain bisa berkoordinasi seperti ada kemenko PMK dan Perpusnas.
“Saya berharap nanti kemendikbud, dikdasmen juga akan terlibat untuk sama-sama melihat bahwa ada permaslahan yang sebenarnya luar biasa di perpustakaan,” tutur Maman Suherman.
Sementara Ketua Umum Forum Perpustakaan Sekolah dan Madrasah Indonesia atau FPMSI, Dr. Yusqon, M.Pd mengatakan bahwa nantinya dibuatkan rumusan tentang bagaimana kinerja FPSMI pengelolaan perpustakaan sekolah dengan kepala sekolahnya bersinergi.
“Jadi intinya bagaimana antara legislatif yang disini adalah komisi X DPR RI, pengelola perpustakaan sekolah dan kepala sekolah, karena kesinergian ini akan menjadikan perpustakaan menjasdi besar. Jadi Perpusnas, kepala sekolah, pengelolaan sekolah dan sekolahnya itu sendiri menjadi sesuatu yang baik,” jelas Yusqon.
Pada kesempatan tersebut, Kemenko PMK Dr Maman Wijaya, S.Pd melalui perwakilanya mengatakan bahwa adanya Rakornas I FPSMI tersebut menjadi titik awal Kemenko PMK mengkoordinasi dengan 8 kementerian dan lembaga pihaknya dapat berkoordinasi dengan unit-unit yang berkaitan dengan perpustakaan sekolah dan madrasah termasuk dengan perpusnas.
“Untuk lebih secara massive mengakselerasi karena ini ada kaitannya dengan peta jalan pendidikan Indonesia dan juga manajemen talenta dan perpustakaan Sekolah madrasah itu sebagai sumber belajar yang sangat vital sekali untuk membantu bukan hanya siswa tapi guru dan juga masyarakat sekitarnya,” kata Ivan.
Dijelaskan oleh Ivan, karena di RPJM UU 59 tidak terdapat kata Perpustakaan dan karena Kemenko PMK punya kepentingan karena disana ada unitnya sehingga diharapkan rakornas I FPSMI dapat memberikan rekomendasi ke kemenko PMK. (Anis Yahya)