Berita Merdeka – Malam pada hari ke 15 dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek yang dikenal dengan hari Cap Go Meh akan menjadi sebuah momen yang selalu dinanti bagi sebagian besar penduduk Tionghoa diseluruh jagad bumi tak terkecuali di Kota Tegal.
Karena Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili jatuh pada tanggal 22 Januari tahun 2023, maka pada hitungan penanggalan Tionghoa, malam di hari ke 15 pada hari raya Imlek atau yang disebut Cap Go Meh akan jatuh pada hari Minggu, 5 Februari 2023 Masehi.
3 kata istilah Cap Go Meh yang berasal dari dialek bahasa Hokkian sendiri yang secara harfiahnya bermakna Cap itu Sepuluh, Go artinya Lima dan Meh bermakna Malam, maka Cap Go Meh diterjemahkan sebagai Malam ke 15 atau perayaan Cap Go Meh terjadi pada tanggal 15 bulan pertama Imlek.
Di Kota Tegal yang penduduknya plural, peringatan Hari Raya Imlek 2574 Kongzili didukung hampir semua elemen masyarakatnya. Hal itu ditunjukan dengan adanya aksi sosial penganut lintas agama dengan kegiatan Kimsin Hiolo atau bersih-bersih tempat ibadah umat Konghucu di Klenteng Tek Hay Kiong, Jumat, 20 Januari 2023.
Aksi sosial Kimsin Hiolo atau bersih-bersih klenteng dilakukan secara guyub dari mulai personil Kodim 0712/Tegal, Polres Tegal Kota, Kantor Kesbangpol dan ormas seperti FKUB, Banser dan ormas 234 SC Kota Tegal.
Dandim 0712/Tegal, Charlie Clay L. Sondakh melalui Pasiter Kodim 0712/Tegal, Kapten Inf. Shokib Setyadi mengatakan kegiatan Kimsin Hiolo persiapanTahun Baru Imlek 2574 tersebut sebagai bentuk kepedulian antar umat beragama.
“Semua kegiatan ini sebagai wujud solidaritas bersama antar umat beragama di Kota Tegal dalam rangka ikut menyukseskan pelaksanaan Tahun Baru Imlek 2574,” ujar Shokib disela kegiatan Kimsin Hiolo.
Sementara Kepala Kesbangpol Kota Tegal, Budi Saptaji, S.STP, M.Si sebut bahwa kegiata aksi sosial membantu klenteng Tek Hay Kiong dengan Kimsin Hiolo dalam rangka persiapan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili tersebut, sebagai kebersamaan dalam keberagaman keyakinan kerukunan sangat dibutuhkan di Kota Tegal untuk menuju Indeks Kota Tegal sebagai kota Toleran,” kata Budi Saptaji pada awak media.
Menurutnya, Kota Tegal saat ini termasuk sebagain kota dengan indeks Kota Toleran cukup baik meski tidak masuk dalam 10 besar Kota Toleran dengan tingkat toleransi namun kegiatan tersebut dalam termasuk salam rangka menuju tingkat predikat yang lebih baik lagi.
“Alkhamdulillah Kota Tegal dipandang jauh lebih baik, meski belum masuk 10 besar namun kita dalam rangka menuju kesana,” urai Budi Saptaji.
Terkait usaha musiman seperti Dodol Keranjang, jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili, beberapa pelaku usaha UMKM jenis Dodol Keranjang di Kota Tegal sudah mulai sibuk memproduksi Dodol Keranjang khas atau juga wajib sebagai sajian pada perayaan tahun baru imlek mulai bergeliat sejak beberapa minggu lalu.
Pada perayaan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili yang bertepatan pada hari Minggu tanggal 22 Januari 2023 Masehi atau 29 Jumadil Akhir 1444 Hijriyah maupun 29 Pon Jumadil Akhir 1956, meski harga bahan dasar mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, namun produksi dodol keranjang tetap stabil meski hal itu sebagai produksi musiman.
Seperti diketahui, bahan dasar pembuatan dodol keranjang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili, sangat sederhana terdiri dari beras ketan dan gula pasir. Keduanya diolah dalam satu adonan hingga menghasilkan dodol keranjang dengan tekstur kenyal dan manis.
Kue Keranjang biasanya dijadikan sesaji saat upacara sembahyang di Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili dan baru boleh dimakan sampai perayaan Cap Go Meh.
Di Kota Tegal sendiri, ada sosok seorang pengusaha yang cukup lama dalam mengelola bisnis musiman dodol keranjang yang eksis puluhan tahun mulai dari proses produksi hingga hingga pemasarannya ke berbagai kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Solo, Semarang serta Surabaya.
Sumardhyono Haryoto, S.Kom, salah satu pengusaha UMKM dodol keranjang yang tempat usahanya berada di Jl. Belimbing 84 kawasan Kelurahan Kraton, Kecamatan Tegalsari, Kota Tegal menggeluti usaha dodol keranjang berpuluh tahun sebagai usaha warisan orang tuanya dengan merk produk ‘Sido Makmur’.
Setiap menjelang Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili selalu kebanjiran pesanan dari berbagai kota yang pada ujungnya mampu menyerap tenaga kerja seperti yang saat ini berlangsung mampu merekrut hingga 30an orang pekerja.
“Selain mengambil tenaga dari beberapa pedesaan, juga pemuda sekitar lingkungan sini juga ada yang terlibat dalam proses produksi,” ujar Sumardhyono pada Kabar Pesisir baru-baru ini.
Menurutnya, usaha produksi dodol keranjang tersebut merupakan upaya dirinya meneruskan usaha orang tuanya yang dirintis sejak 40 tahunan yang lalu.
“Ini usaha rintisan orang tua saya sejak 40 tahun yang lalu dan bersyukur saya masih bisa mempertahankan hingga sekarang,” ungkap dhiyono panggilan akrabnya.
Meski usaha dodol keranjang merupakan bisnis musiman yang hadir tiap jelang tahun baru imlek, namun karena dikerjakan dengan profesionalisme kerja, maka bisnis produksi dodol keranjang tiap tahunnya mempunyai pangsa pasar yang stabil dengan omzet yang cukup besar sehingga tiap tahunnya dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup signifikan.
Harga Dodol Keranjang sendiri setiap tahunnya mengalami kenaikan karena mengikuti harga bahan dasar dan tenaga kerja yang juga mengalami kenaikan.
Sebagai pelaku usaha UMKM Kota Tegal dengan produk khas Dodol Keranjang produksi Kota Tegal, dirinya berharap pemerintah Kota Tegal perlu juga memperhatikan sebagai salah satu aset UMKM Kota Tegal meski bisnis musiman namun dengan keikutsertaan pemerintah Kota Tegal akan dapat membukakan akses pemasaran yang lebih meluas, tentu akan berdampak pada nilai manfaat bagi pendapatan daerah Kota Tegal.
Terlepas dari dinamika tersebut, pastinya dalam menyambut perayaan Hari Raya Imlek, hampir semua klenteng melakukan persiapan dari mulai bersih-bersih klenteng (Kimsin Hiolo), buka pintu klenteng seperti di Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal kini mulai dibuka 24 jam pada Rabu, 18 Januari 2023 hingga selesai pada perayaan Cap Go Meh pada 5 Februari 2023.
Dibukanya pintu-pintu klenteng yang diiringi tetabuhan dan bakar dupa untuk mengharumkan tempat sembahyangan juga pemasangan 5 bendera yang diyakini untuk menyambut para dewa dari 5 penjuru barat, timur, utara dan selatan serta dari tengah sebagai tamu yang akan datang baik yang terlihat mata maupun metafisik.
Dibukanya pintu-pintu klenteng dengan serangkaian ritual itu dipimpin oleh Ketua atau penanggung jawab Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal, Chen Li Wei Dao Chang atau Tan Ming Shan. (Anis Yahya)