Profil Kantin LAPASTE Tegal Kini Siap Layani Pembesuk dan WBP Maupun Masyarakat Umum

Kantin LAPASTE Tegal Kini Siap Layani Pembesuk dan WBP Maupun Masyarakat Umum

120
BERBAGI
Kantin LAPASTE di Lapas Kelas IIB Tegal
Advertisement

Berita Merdeka – Setiap pemimpin, dituntut untuk selalu mengembangkan kreatifitas, inovasi dan selain melanjutkan program pemimpin sebelumnya, juga perlu membangun ornamen inspiratif berkemajuan didalam lembaga yang dipimpinnya. Itu yang dilakukan Kalapas Kelas IIB Tegal, Haryono, BC.IP.,SH.,MM.

Kekayaan pengalaman dalam memimpin institusinya, Kalapas Kelas IIB Tegal yang punya nama kecil Harry ini cukup memiliki segudang gagasan yang selalu diimplementasikan disetiap penempatan dirinya diberbagai tipe lapas di Indonesia.

Salah satu hal yang cukup menarik bahwa dimana dirinya ditempatkan disitu selalu dibangunkan sebuah kantin diteras yang masih dilingkungan lapas.

Kalapas Kelas IIB Tegal, Haryono, BC.IP.,SH.,MM. (Foto : Anis Yahya/beritamerdeka.co.id
Advertisement

Terkesan sederhana, namun ternyata gagasan yang selalu diterapkan selama dirinya ditugaskan itu, merupakan sebuah bentuk representasi dari banyak sisi.

Kantin dengan nama LAPASTE yang terletak disisi kiri bangunan lapas sebelah barat, tidak hanya menjadi sebuah simbol irama siklus perputaran modal semata, namun ternyata itu menjadi bagian dari sistem keamanan yang sangat relevan dari alur dinamika kejahatan khususnya barang-barang terlarang seperti penyusupan narkoba melalui makanan kedalam lapas.

“Ini merupakan bagian dari antisipasi keamanan. Karena kan biasanya masuknya barang-barang terlarang diantaranya melalui makanan seperti yang pernah terjadi di daerah lain, narkoba masuk lewat masakan sayuran tahu kulit yang dimasukkan kedalam tahu. Ini untuk meminimalisir juga kejadian seperti itu,” ujar Haryono saat berbincang dengan beritamerdeka.co.id, di Kantin LAPASTE Tegal, Senin, 29 Juli 2024.

Kantin yang baru dibuka beberapa hari ini dimaksudkan juga untuk membantu mempermudah para pembesuk yang terdiri dari keluarga atau teman dari para warga binaan pemasyarakatan yang sedang menjalani recovery melalui pembinaan.

“Jadi meminimalisir kejadian memasukkan barang-barang terlarang melalui makanan, kita mengupayakan kalau memang bisa dibeli disini (kantin lapas) ya monggo toh harga juga standar,” tutur pria yang pernah 15 tahun ditugaskan di Lapas Cipinang, Jakarta.

Masyarakat umumpun menurutnya, dapat menikmati juga menu-menu yang tersaji di Kantin LAPASTE yang para pekerjanya terdiri dari para warga binaan yang telah mengikuti pelatihan yang diadakan lapas.

Bahkan pihak lapas juga memperhatikan sharing profit dengan para wbp tersebut yang terlibat dalam proses memasak dan melayani di Kantin LAPASTE Tegal dengan komposisi 10% premi bagi pekerja yang memasak.

“Selain mendapatkan kesejahteraan kan dari sini pegawai nantinya misalkan dapat premi dalam satu hari dari keuntungan 10 persen dari Rp300 ribu, maka Rp30 ribu perorang kalau dia satu bulan bisa dapat Rp900.000, kalau dia ditahannya 1 tahun, ia bisa bawa pulang 9 juta lebih, minimal pulang bisa bangun warung juga,” terangnya.

Rencananya Lapas Tegal menurutnya masih akan melakukan juga pengembangan dengan memanfaatkan lahan disamping dengan usaha Bengkel dan tempat cucian mobil.

“Rencananya saya akan buat bebgkel dan cucian mobil. Setiap warga binaan kan nantinya wajib bekerja setelah melewati tahap asimilasi kita keluarkan,” tambahnya.

Seperti dijelaskan bahwa setiap warga binaan di lapas akan melewati 4 tahap dari mulai admisi orientasi yaitu pengenalan bagi warga binaan yang baru masuk untuk saling kenal dengan wbp lama didalam lapas.

“Itu namanya Mapenaling, masa awal pengenalan lingkungan. Masa ini dimana petugas melakukan pendataan latar belakang wbp sebelum masuk lapas. Setelah satu sampai dua minggu kita pindahkan ke blok blok yang dinamakan Re-sosialisasi, pengenalan lingkungan yang lebih luas,” paparnya.

Setelah re-sosialisasi, tehap berikutnya ada istilah Asimilasi dimana wbp dapat diberdayakan dengan beraktifitas diluar lapas meski masih dilingkungab lapas, seperti pemberdayaan di Kantin, bengkel dan cucian mobil maupun kegiatan lain yang masuk dalam program asimilasi.

Terakhir menjelang bebas, seorang wbp akan menjalani program Re-integrasi Sosial, dimana pihak lapas bisa menempatkan seorang wbp kembali di rumah tempat tinggal asalnya. (Anis Yahya)