Berita Merdeka – Pelaksanaan penyelenggaraan Seleksi Calon Dewan Pengawas di PDAM Tirta Bahari Kota Tegal yang pendaftarannya digelar dari 5 – 15 Juli 2024 menuai reaksi.
Munculnya reaksi terhadap pergelaran Seleksi Calon Dewan Pengawas PDAM Tirta Bahari Kota Tegal tersebut lantaran diduga adanya intervensi salah satu tim pemenangan Calon Walikota Tegal yang kemudian menjadi dasar pemikiran panitia pelaksanaan seleksi Dewan Pengawas PDAM Tirta Bahari Kota Tegal.
Atas dasar intervensi dari salah satu Tim Pemenangan Calon Walikota Tegal yang ditindak lanjuti oleh pejabat tinggi pemerintah Kota Tegal itu, berujung pada sikap keberpihakkan pejabat tinggi tersebut dalam pelaksanaan seleksi Dewan Pengawas PDAM Tirta Bahari Kota Tegal.
Dugaan adanya intervensi dari salah satu Tim Pemenangan Calon Walikota Tegal disampaikan mantan Dewan Pengawas PDAM Tirta Bahari Kota Tegal, Drs. HA. Firdaus Muhtadi atau akrab dipanggil Gus Jedos melalui pesan singkat WhatsApp yang diterima redaksi beritamerdeka.co.id pada Senin, 12 Agustus 2024.
Firdaus Muhtadi atau Gus Jedos sendiri dalam pengakuannya dikatakan telah berkirim surat yang berisi saran agar pelaksanaan seleksi dewan pengawas PDAM Tirta Bahari diserahkan pada Walikota Tegal terpilih periode 2024 – 2029.
“Siapapun Walikotanya, bukan oleh pemerintahan transisi seperti sekarang ini. Toh yang mau menggunakan tenaga mereka adalah Walikota definitif selaku KPM atau Kuasa Pemilik Modal BUMD.” ujar Gus Jedos dalam keterangan tertulisnya itu.
Lebih lanjut dikatakan Gus Jedos bahwa kondisi PDAM Tirta Bahari menurut penilaian BPKP tahun 2023 dinyatakan sehat dan baik.
“Apalagi kondisi perumda tirta bahari hasil penilaian BPKP th 2023 dinyatakan sehat dan baik sekali, jadi sesungguhnya pelaksanaan seleksi dewas tidak urgen,” katanya.
Disitulah katanya, letak adanya kepentingan yang mempengaruhi sikap terburu-buru untuk melaksanakan seleksi Dewan Pengawas PDAM Tirta Bahari Kota Tegal.
“Ini saya sebut sarat dengan kepentingan karena dasar pemikiran yang dipakai (panitia seleksi) adalah masukan dari salah satu tim pemenangan cawalkot yqng kemudian ditindak lanjuti oleh petinggi pemkot,” lanjutnya.
Ia juga menilai petinggi tersebut telah berpihak dan cenderung tidak netral, padahal menurutnya,petinggi itu dalam setiap apel meneriakkan netralitas ASN kepada anak buahnya.
Gus Jedos juga menggambarkan kegiatan pelaksanaan seleksi Dewan Pengawas menjadi bahan canda kekonuolan dalam diskusi kecil dengan beberapabseniman.
“Seorang seniman mempertanyakan motivasi sang petinggi pemkot melakukan hal itu. “Apa mungkin cari cuan ?” Tanyanya singkat disambut gelak tawa.
“Biasanya kalau pemimpin melakukan hal demikian, ada kekuatan diluar yang mengendalikan. Mereka saling membutuhkan jadi biasanya kompak,” tutup Gus Jedos. (Anis Yahya)