
Beritamerdeka.co.id – Permasalahan sampah bukan hanya isu nasional atau global, tetapi juga menjadi tantangan serius di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Tegal. Keterbatasan fasilitas, rendahnya kesadaran masyarakat, maupun minimnya dukungan kebijakan lokal dianggap sebagai akar permasalahan sampah.
Potret permasalahan sampah di Kabupaten Tegal juga menjadi “PR” bagi pemerintah daerah untuk memberikan solusi terbaik, sehingga bencana akibat sampah tidak terjadi.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal, Dian Arryadi mengatakan, pihaknya memang masih kekurangan armada truk pengangkut sampah, padahal tiap tahun selalu mengajukan anggaran untuk pengadaan armada.
“Selama ini armada kita baru 30 truk pengangkut, itu saja kondisinya belum maksimal, idealnya 65 armada. Tapi tahun ini memang kita dapat 2 armada. Setiap tahun kita mengajukan permintaan armada pengangkut sampah,” jelas Dian, Selasa 20 Mei 2025.
Lebih lanjut Dian menambahkan, selain terkait armada pengangkut, pihaknya juga selalu memberikan pembinaan kepada desa-desa maupun masyarakat umum terkait pengelolaan sampah.
“Pengelolaan sampah kan memerlukan sinergi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah desa serta masyarakat. Kita juga sudah menggandeng lembaga yang bergerak dibidang manajemen teknologi pengelolaan sampah yaitu InSWA,” ungkapnya.
Terkait keluhan warga dengan maraknya sampah yang dibuang sembarangan di tepi jalan serta minimnya fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (TPS), Dian menegaskan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat juga menjadi pemicu permasalahan sampah.
“Kadang ada desa yang kurang memahami cara pengelolaan sampah ditambah minimnya pengetahuan masyarakat tentang pemilahan sampah, sehingga banyak yang buang sembarangan. Itu banyak laporan ke kami,” tegas Dian.
Ia menjelaskan, seharusnya masyarakat belajar memilah mana sampah organik dan anorganik, sehingga secara mandiri bisa mengolah dengan bijak.
“Sampah organik, seperti kertas, sisa makanan dan daun kering, dapat terurai secara alami, dan dapat dijadikan pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik, seperti plastik, logam dan sejenisnya dapat dikumpulkan kemudian dijual rongsokan,” terangnya.
Dian mengakui, permasalahan sampah adalah tantangan yang membutuhkan pendekatan lokal dan partisipasi aktif masyarakat, dengan dukungan dari pemerintah.
“Dengan kerja sama antara warga, pemerintah daerah, dan lembaga lingkungan hidup, pengelolaan sampah bisa lebih efektif, lingkungan lebih bersih, dan kualitas hidup masyarakat meningkat,” harapnya.***