“Namaku Tarmi. Aku lahir di Jagapura. Tapi tanah tempatku mati ada jauh di seberang lautan”
Dalam gelombang senyap sejarah, nama ini nyaris hilang : Bok (Mbok) Tarmi

Beritamerdeka.co.id – Perempuan muda dari Desa Jagapura, kaki kecilnya pernah menapak tanah sawah, hatinya pernah belajar sabar dibawah langit Brebes yang panas.
Ia mbok Tarmi, muslimah sederhana, memiliki tinggi tubuh hanya 152 cm, dan pipinya ditandai noda pigmentasi yang tak bisa disembunyikan.
Tapi justru dari itulah perjalanan hidup mbok Tarmi waktu itu yang membuatnya diingat dalam catatan lama pada masa kolonial Belanda.
Ketua ABMI Brebes Thoripien : Pertanian Bawang Merah Brebes Perlu Keterlibatan Kaum Milenial
Pada 5 Mei 1925, Di usia 26 tahun, ia berdiri di Pelabuhan Tandjoeng Priok, menatap lautan yang tidak ia kenal, tapi yang akan mencuri seluruh hidupnya.
Ia menumpang kapal uap SS Blitar, menuju negeri jauh bernama Suriname, atas nama kontrak kerja.
Ia bukan pelancong. Ia bukan pedagang. Ia adalah buruh kontrak untuk pemerintah kolonial Belanda.
Bukan Kisah Tentang Harta, Tapi Tentang Air Mata. Kontraknya dimulai pada 17 Juni 1925 dan dijadwalkan berakhir 17 Juni 1930. Tempat tujuannya adalah Perkebunan La Ressource di wilayah Paramaribo.
Ia dipekerjakan oleh Kersten, C & C, Bukan karena keahlian, tapi karena kemiskinan.
Ia membawa agama, nama ayahnya, dan satu-satunya harta yang tak bisa dirampas siapa pun : kerinduan akan rumah.
Namun setelah kontrak berakhir, Mbok Tarmi tidak pulang. Ia menerima uang premi pengganti tiket pulang pada 7 Desember 1936, Tapi tak pernah menggunakan uang itu untuk membeli tiket pulang ke Jagapura
Ia Menjadi Ibu di Negeri Orang, di tanah asing, ia membangun hidup baru.
Ia melahirkan tiga anak.
1.Tarsi
Lahir: 10 Juni 1929
Anak dari Bok Tarmi dan Talip (YY546)
2.Karmi
Lahir: 3 November 1933, di Ornamibo
3.Hariette Sainem
Lahir: 15 Desember 1934, di Boxel
Ia menjadi ibu. Ia menjadi akar baru dari pohon Jawa yang tumbuh di tanah Karibia.
Ia Tak Pernah Pulang. Tapi Ia Tak Pernah Hilang.
Namanya tetap tercatat:
Tanggal Verifikasi : 27 Maret 1931, Kontrak Nomor: AC72, Pekalongan, Departemen Brebes, Distrik Tandjung (Belum masuk Kecamatan Kersana) Desa Djagapoera.
Perjalanan tanpa pulang, tanpa tanda pusara.
Ia mungkin wafat di Suriname. Tapi tanah kelahirannya adalah Jagapura, dan Jagapura berhak tahu bahwa salah satu putrinya pernah menjadi pejuang dalam diam.
Mbok Tarmi bukan hanya bagian dari sejarah Jawa di Suriname. Ia adalah darah dari Jagapura, Brebes yang tumpah di bumi asing.
Ia adalah cermin dari ribuan perempuan Jawa yang dipaksa memilih antara hidup dan kehilangan.
(Dikutip dari sumber : Ga Het National Archieve (Gahetna.com)
Website Arsip Nasional Belanda dengan revisi narasi oleh Karmin, dan dimedsoskan di akun fb Jadul’s World). ***
https://www.facebook.com/share/p/16ZnKMh43Z/