
Beritamerdeka.co.id – Bhikkhu Thudong merupakan tradisi Therevada dengan cara melakukan perjalanan kaki spiritual menempuh jarak ratusan kilometer tanpa dibebani segala bentuk keduniawian.
Praktik Bhikkhu Thudong menjadikannya sebuah simbolis sebagai representasi seseorang menuju pencerahan asketisme juga menjadi momen interaksi untuk membangun toleransi beragama.
Bhikkhu Internasional Thudong 2025 Bakal singgah di tempat ibadah Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal besok, Kamis 1 Mei 2025.
Para Bhikkhu akan sampai di Kota Tegal setelah menyelesaikan perjalanan 234 Km dari mulai hari Senin, 28 April 2025 dari Mako Brimob Palimanan, Vihara Jamblang, Klenteng Plered.
Keesokan hari Selasa, 29 April 2025 singgah di Vihara Welas Asih, Gereja Katolik Santo Yusuf, Mabes Macan Ali, Keraton asepuhan dan Kejawenan Cirebon.
Perjalanan selanjutnya Rabu, 30 April 2025, mereka singgah di kediaman Romo Akok Komari Losari dan dilanjutkan keesokan harinya Kamis 1 Mei 2025 menuju Vihara Dharmametta Brebes serta masuk ke Klenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal pukul 17.00 WIB dan di Sanghadana pada pukul 19.00 WIB.
Perjalanan akan dilanjutkan pada pukul 05.00 WIB pagi, menuju Klenteng Tjeng Gie Bio Ulujami (Jumat, 2 Mei 2025), Klenteng Vajra Bumi Pekalongan (Sabtu, 3 Mei 2025) PCNU Batang (Minggu, 4 Mei 2025) dan sampai di Gereja St. Antonius Padua Kendal, Senin, 5 Mei 2025.
Thudong sendiri adalah sebuah praktik spiritual atau ritual keagamaan dalam agama Buddha, khususnya dalam tradisi Theravada.
Istilah “Thudong” sendiri berasal dari bahasa Thai, yang secara harfiah berarti “sarana untuk melepaskan diri”.
Dalam bahasa Pali, praktik ini dikenal sebagai Dhutanga, yang berarti praktik pertapaan atau asketisme.
Namun demikian hakekatnya, Thudong merupakan perjalanan kaki jarak jauh yang dilakukan oleh para bhikkhu (biksu) sebagai bentuk latihan spiritual yang berujuan untuk mengikuti jejak Sang Buddha dan para muridnya di masa lalu, yang hidup tanpa menetap dan mengembara untuk menyebarkan Dharma.
Selain itu, juga untuk melatih diri dalam kesabaran, ketahanan fisik dan mental, mengurangi kemelekatan pada duniawi, mengembangkan keyakinan (Saddha), dan memurnikan batin.
Beberapa tata cara yang dipatuhi par Bhikkhu,
Mereka tidak membawa uang dan mereka bergantung pada dana atau sumbangan makanan dan kebutuhan lain dari umat sepanjang perjalanan.
Makan hanya sekali atau dua kali sehari dan basanya pada waktu pagi atau siang hari.
Mereka sering bermalam di tempat ibadah (vihara, kuil), hutan, atau tempat terbuka lainnya.
Para Bhikkhu membatasi kepemilikan sepwrti mereka hanya membawa barang-barang penting seperti jubah, mangkuk dana, dan beberapa perlengkapan meditasi.
Thudong adalah praktik asketik berupa perjalanan kaki jarak jauh yang dilakukan oleh para bhikkhu Buddha untuk melatih diri, mengikuti tradisi kuno, dan mendekatkan diri pada nilai-nilai spiritual. (Anis Yahya)