
BeritaMerdeka.co.id – Tumpeng bukan hanya sajian nasi berbentuk kerucut yang sering kita temui dalam perayaan atau selamatan. Lebih dari itu, tumpeng merupakan simbol sarat makna dalam budaya Indonesia, khususnya di tanah Jawa. Dari bentuk hingga lauk-pauk yang menyertainya, setiap elemen tumpeng menyimpan filosofi mendalam.
Asal-Usul Tumpeng
Tumpeng berasal dari kata “tumapaking panguripan”, yang artinya “menyembah sumber kehidupan.” Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak masa kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, di mana masyarakat menjadikan gunung sebagai simbol sakral tempat bersemayamnya para dewa.
Setelah masuknya pengaruh Islam, makna tumpeng mengalami penyelarasan. Tumpeng tidak lagi dikaitkan dengan persembahan pada dewa, tetapi sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dalam istilah Jawa sebagai “Gusti Allah”.
Makna Filosofis Tumpeng
1. Bentuk Kerucut
Melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal). Semakin ke atas, semakin mengerucut—seperti hidup yang harus makin dekat dengan Sang Pencipta.
2. Nasi Kuning
Warna kuning melambangkan kemakmuran, kekayaan, dan kejayaan. Nasi putih juga bisa digunakan, mencerminkan kesucian dan keikhlasan.
3. Lauk-Pauk Sekitar
Tidak sembarangan, lauk yang mengelilingi tumpeng melambangkan nilai kehidupan:
Ayam ingkung: simbol ketulusan dan keikhlasan
Telur rebus utuh (dengan cangkang): awal kehidupan dan perencanaan
Urap sayur: mencerminkan keharmonisan hidup
Ikan lele: simbol ketabahan dan kesederhanaan
Tempe & tahu: kesederhanaan dan kerendahan hati
4. Jumlah dan Penataan
Biasanya lauk disusun melingkar mengikuti arah jarum jam, sebagai lambang siklus kehidupan.
Tumpeng dalam Kehidupan Masyarakat
Tumpeng disajikan dalam berbagai acara penting:
- Selamatan: perayaan syukur, baik atas kelahiran, panen, hingga syukuran pekerjaan baru
- Perayaan Hari Kemerdekaan
- Ulang tahun atau pernikahan: menggantikan kue tart sebagai lambang lokal yang sarat makna
Tradisi puncak tumpeng biasanya diberikan kepada tokoh atau orang yang paling dihormati, sebagai bentuk penghargaan.
Pelestarian Budaya Tumpeng
Pada tahun 2013, tumpeng ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini menegaskan bahwa tumpeng bukan hanya makanan, tapi juga bagian dari jati diri bangsa yang harus dilestarikan.
Tumpeng bukan sekadar hidangan khas, tapi juga refleksi filosofi hidup masyarakat Indonesia: rasa syukur, kebersamaan, ketekunan, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Di tengah modernisasi, mempertahankan tradisi tumpeng berarti menjaga kearifan lokal dan warisan leluhur.
Sumber Referensi:
Kemendikbud.go.id – Warisan Budaya Takbenda
Mooryati Soedibyo, Makna dan Simbol dalam Tradisi Tumpeng
UNESCO Cultural Heritage Reports