
BeritaMerdeka.co.id – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini membuat gebrakan kebijakan kontroversial. Kini, syarat utama untuk mendapatkan Beasiswa Pendidikan dan Bantuan Sosial (Bansos) adalah peserta laki-laki atau ayah dari peserta harus bersedia menjalani KB Pria melalui prosedur vasektomi. Kebijakan ini langsung memicu perdebatan di tengah masyarakat.
Pro dan Kontra di Tengah Publik
Sebagian masyarakat mendukung keputusan ini karena dinilai mendorong kesetaraan gender. Selama ini, beban penggunaan alat kontrasepsi selalu dipikul oleh perempuan—dari pil KB, suntik, IUD, hingga implan. Dengan kebijakan ini, laki-laki kini diharapkan mengambil peran aktif dalam program keluarga berencana.
Namun, di sisi lain, banyak yang menolak kebijakan ini. Alasannya, vasektomi dianggap terlalu invasif dan permanen. Mereka menilai kebijakan ini melanggar prinsip bahwa tubuh adalah hak penuh masing-masing individu. “Kalau ingin punya anak lagi bagaimana?” tanya sebagian warga, mempertanyakan efek permanen dari vasektomi.
Untuk kamu yang masih belum familiar, berikut penjelasan lengkapnya:
Apa Itu Vasektomi?
Vasektomi adalah prosedur kontrasepsi permanen untuk pria. Proses ini melibatkan pemotongan atau pengikatan vas deferens, yaitu saluran yang membawa sperma dari testis ke uretra. Setelah vasektomi, pria tetap bisa mengalami orgasme dan ejakulasi, namun air mani yang dikeluarkan tidak lagi mengandung sperma.
Keunggulan Vasektomi
- Efektivitas tinggi: Vasektomi memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan.
- Minim risiko: Prosedur ini relatif aman dan efek sampingnya ringan.
- Tidak memengaruhi performa seksual: Ereksi, gairah, orgasme, dan ejakulasi tetap berjalan normal.
Jenis-jenis Prosedur Vasektomi
Prosedur vasektomi secara umum terbagi menjadi dua metode utama, yaitu vasektomi konvensional dan vasektomi tanpa sayatan (no-scalpel). Keduanya bertujuan untuk memutus saluran sperma (vas deferens), namun memiliki perbedaan dalam teknik pelaksanaannya.
1. Vasektomi Konvensional
Vasektomi konvensional adalah metode yang paling umum dilakukan.
Langkah-langkah prosedurnya:
- Dokter memberikan bius lokal untuk menghilangkan rasa nyeri di area skrotum dan testis.
- Dibuat 1–2 sayatan kecil di sisi skrotum untuk mengakses vas deferens.
- Saluran sperma dipotong dan diikat, lalu ujungnya ditutup dengan metode seperti benang jahit atau pemanasan (diathermy).
- Setelah prosedur selesai, area luka akan dijahit kembali menggunakan benang yang dapat diserap tubuh.
Kelebihan:
- Teknik sudah lama digunakan dan terbukti efektif.
- Cocok untuk pasien dengan kondisi saluran sperma yang sulit dijangkau.
2. Vasektomi Tanpa Sayatan (No-Scalpel Vasectomy)
Metode ini lebih modern dan minim invasif, sehingga proses pemulihan umumnya lebih cepat.
Langkah-langkah prosedurnya:
- Dokter menahan vas deferens dari luar kulit skrotum menggunakan penjepit khusus.
- Dibuat lubang kecil di kulit (tanpa sayatan) menggunakan alat tajam khusus.
- Vas deferens dikeluarkan melalui lubang kecil, lalu dipotong dan diikat, seperti pada metode konvensional.
- Setelah prosedur, tidak perlu dijahit karena luka sangat kecil dan dapat menutup sendiri.
Kelebihan:
- Minim rasa sakit dan perdarahan.
- Tidak meninggalkan bekas luka yang signifikan.
- Waktu pemulihan lebih cepat, biasanya hanya dalam beberapa hari.
Risiko dan Efek Samping Vasektomi
Walaupun umumnya aman, vasektomi tetap memiliki beberapa potensi risiko:
- Infeksi pada area luka.
- Hematoma (penggumpalan darah di skrotum).
- Rasa tidak nyaman atau nyeri pada testis.
- Granuloma sperma: benjolan kecil akibat kebocoran sperma.
- Hidrokel: penumpukan cairan di sekitar testis.
- Spermatokel: kista jinak di epididimis.
Kebijakan baru ini tentu akan terus menjadi bahan diskusi publik, baik dari segi medis, etika, maupun hak individu. Di balik kontroversinya, keputusan ini mengangkat topik penting mengenai peran pria dalam program KB dan tanggung jawab bersama dalam perencanaan keluarga.
Bagaimana menurut kamu? Apakah kebijakan ini mendukung keadilan atau justru melanggar hak tubuh seseorang?***
Referensi:
Siloam Hospital