
Beritamerdeka.co.id – Peringatan Haul Akbar Mbah Jatisari Suradadi ke 31 dan Ruwat Bumi menjadi sebuah perpaduan unik antara tradisi spiritual dan budaya.
Kesemarakkan acara kolaboratif Haul akbar Mbah Jatisari Suradadi dengan nilai spiritual dan budaya kelokalan menandai babak baru dalam perayaan tahunan.
Kegiatan Haul Akbar Mbah Jatisari Suradadi dan Ruwat Bumi tersebut menjadi lebih istimewa karena mendapat dukungan Paguyuban Kawulo Kraton Surakarta.
Prosesi kirab yang diramaikan dengan satu tim unit drum band dari kraton Surakarta dan diiringi lantunan sholawat serta alunan musik tradisional digelar di desa Jatimulya, kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Sabtu, 5 Juli 2025.
Haul Mbah Jatisari dan Kirab Ruwat Bumi diselenggarakan atas inisiatif Juru Kunci Makam Mbah Jatisari bekerjasama dengan Paguyuban Kawulo Kraton Surakarta dengan pembiayaan mandiri tanpa keterlibatan anggaran dari pemerintah desa Jatimulya.
“Kegiatan ini tanpa melibatkan pemerintahan desa tapi di inisiasi juru kunci dan paguyuban kraton Surakarta , danane temohan,” ujar Sanep Sutrisno, Juru Kunci Makam Mbah Jatisari, desa Jatimukya Suradadi pada Jurnalis beritamerdeka.co.id, Abiet Sabariang.

Menurut Sanep Sutrisno yang menjadi Juru Kunci Mbah Jatisari sejak 1994, mengatakan bahwa kirab budaya tersebut merupakan hal baru dilaksanakan.
“Sebelumnya, hanya ada tahlilan dan tumpengan, namun tahun ini, kami ingin merayakannya lebih meriah dengan berbagai agenda, seperti kirab budaya, pemberian santunan, dan pengajian,” terang Sanep.
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Mbah Jatisari sebagai leluhur desa dan mendoakan untuk keselamatan warga.
“Apa yang kami lakukan adalah untuk menghormati para leluhur yang ada di desa Jatimulya, supaya warga selalu diberi keselamatan dan keberkahan dari Allah SWT,” tegasnya.
Kirab budaya yang berlangsung sehari selain diprakarsai oleh juru kunci makam Mbah Jatisari dan Paguyuban Kawulo Kraton Surakarta, juga didukung penuh oleh Pejuang Walisongo, Saifudin, Ketua PWI-LS, yang turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara itu.
Kirab, bukan hanya sekadar pawai, melainkan juga simbol penghormatan kepada leluhur dan doa bersama untuk keselamatan dan kesejahteraan warga.
Bupati Tegal Didesak Bubarkan Pansel Direksi Perumda Air Minum Tirta Ayu
Kehebohanpun tak berhenti sampai di situ. Setelah kirab, puncak acara yang paling dinantikan pun tiba, perebutan gunungan! Gunungan yang berisi aneka hasil bumi, seperti sayur mayur dan buah-buahan segar, menjadi rebutan warga.
Sebelum perebutan dimulai, doa bersama dipanjatkan, memohon berkah dan keselamatan. Suasana penuh keceriaan dan kegembiraan terpancar dari wajah-wajah warga yang antusias mengikuti tradisi unik ini.
Kepala Desa Jatimulya, Sudaryono, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para penggagas kegiatan pawai budaya yang telah memeriahkan Khaul Akbar Mbah Jatisari.

“Kita ambil positifnya saja, dan ternyata warga juga sangat antusias dengan adanya kirab budaya dan sedekah bumi,” kata Sudaryono.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini akan dijadikan agenda tahunan Desa Jatimulya, setelah melalui musyawarah dengan tokoh masyarakat lainnya.
Kemeriahan Khaul Akbar Mbah Jatisari dan Ruwat Bumi di Desa Jatimulya menjadi bukti nyata pelestarian budaya dan kebersamaan warga.
“Acara ini tak hanya sekadar perayaan, melainkan juga perekat persatuan dan doa bersama untuk masa depan yang lebih baik. Semoga tradisi ini terus lestari dan menjadi warisan budaya yang membanggakan bagi generasi mendatang,” pungkasnya. (Abiet Sabariang )