
BeritaMerdeka.co.id – Tegal merupakan wilayah yang strategis sejak zaman kolonial Belanda, sehingga berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan. Bukti sejarah tersebut dapat dilihat dari berbagai bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri hingga kini, salah satunya adalah Pasar Pagi Tegal.
Pasar Pagi Tegal memiliki arsitektur khas Belanda dan di depannya berdiri dua bangunan berbentuk seperti bidak catur, yang merupakan bagian dari Benteng Kaloran. Benteng ini dahulu berfungsi sebagai penanda pusat pemerintahan dan pendopo wilayah Kaloran. Kaloran sendiri merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Tegal sekaligus pusat kota pada masa itu.
Keunikan sejarah Tegal juga tercermin dari nama kampung-kampung di sekitar Kaloran, yang memiliki kaitan erat dengan pejabat dan struktur pemerintahan. Misalnya, Kampung Sentanan yang berasal dari kata “Sentana” (prajurit), menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya dihuni oleh para prajurit.
Ada juga Kampung Pungkuran, yang kini berada di sekitar Jalan Kartini dan Jalan AR Hakim. Nama “Pungkuran” berarti “membelakangi,” merujuk pada letaknya yang berada di belakang pusat pemerintahan Kaloran. Kampung ini dulu dihuni oleh abdi dalem yang merawat kuda milik Adipati serta tukang pungkur rumput.
Selain itu, terdapat wilayah Mangkukusuman yang menjadi tempat tinggal pejabat tinggi bernama Mangkukusuma. Nama Mangkukusuman masih lestari hingga kini dan dijadikan sebagai nama kelurahan di Kota Tegal.
Sementara itu, wilayah di dalam benteng disebut sebagai jero benteng. Di area ini terdapat pendapa kadipaten, ndalem Adipati, dan balai kadipaten yang berfungsi sebagai kantor Adipati Tegal.
Menariknya, pada tahun 1920-an, Benteng Kaloran pernah difungsikan sebagai gardu listrik yang menerangi kota Tegal. Meski telah mengalami berbagai perubahan, bangunan benteng ini tetap kokoh dan menjadi saksi bisu sejarah di tengah hiruk pikuk Pasar Pagi Tegal. ***