
Beritamerdeka.co.id – Musim hajatan pernikahan dan khitan biasa ramai dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu, terutama setelah hari raya Idul Fitri (bulan Syawal) dan selama libur sekolah atau akhir tahun.
Hajatan pernikahan dan khitanan memiliki nilai sosial dan budaya yang kuat, menjadi ajang silaturahmi dan mempererat hubungan antar anggota keluarga serta masyarakat.
Masyarakat Jawa menyebut musim ini sebagai “musim repot” karena banyaknya persiapan dan acara yang harus diselenggarakan.

Untuk menggelar acara masyarakat biasanya mempersiapkan hajatan dengan matang, mulai dari undangan, tempat, makanan, hingga dekorasi.
Menurut Abdul Syakur yang kebetulan sedang melaksanakan hajatan mengkhitankan anaknya mengatakan, libur panjang sekolah atau akhir tahun menjadi waktu yang populer untuk mengadakan hajatan karena kemudahan dalam mengumpulkan keluarga dan teman.
“Momen libur panjang ini memudahkan keluarga dan teman untuk berkumpul dan menghadiri acara hajatan.”

Dalam kesempatan ini saya mengkhitankan anak yang ke kedua Fakhrurozi Masykur yang duduk di bangku kelas IV, SD Muhammadiyah 1 Kota Tegal.”Katanya Abdul Syakur kepada jurnalis Beritamerdeka.co.id saat berbincang-bincang. Minggu 22 Juni 2025.
Ia juga menyampaikan untuk pelaksanaan khitanan saya gelar selama empat hari, sejauh-jauh hari sudah saya rencanakan baik dari Dokter yang mengkhitan, tamu undangan dan prasarananya.
Anak saya Ozi panggilan akrabnya, jauh-jauh hari kebetulan yang meminta khitan atau sunat, saya selaku orang tua merasa senang dan tidak memaksakan, Alhamdulillah pelaksana khitanan anak saya berjalan lancar.
“Acara Khitanan ini sekaligus syukuran memberikan hadiah kenaikan kelas untuk anak saya Fakhrurozi yang naik kelas IV.” Tuturnya Abdul Syakur selaku shohibul hajat.
“Semoga anak saya Fakhrurozi menjadi anak yang Sholeh berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi agama dan bangsa.”Harapannya. (Zaen)