
BeritaMerdeka.co.id – Warga tegal pasti tidak asing dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah, rumah sakit yang dibangun sejak tahun 1927 oleh Raden Ajeng Kardinah. Dahulunya, RSUD Kardinah adalah sebuah balai kesehatan yang dibangun oleh Kardinah untuk kepentingan rakyat.
Kardinah adalah istri dari RM Reksoharjono, yang masih memiliki garis keturunan dari Reksonegoro yang sebelumnya adalah bupati Tegal. Sayangnya dari pernikahan ini mereka tidak dikaruniai anak. Sehingga mereka mengangkat anak yang bernama Susmono yang nantinya akan dijadikan sebagai bupati Tegal selanjutnya.
Banyak orang yang jarang mengetahui kalau Kardinah adalah adik kandung dari R.A Kartini. Kardinah sendiri adalah anak ke-7 dari 11 bersaudara. Sama seperti sang kakak, Kardinah memiliki jiwa penolong dan kemanusiaan yang tinggi.

Kardinah lahir pada tanggal 1 Maret 1881 di Jepara dari keluarga bangsawan. Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat adalah bupati Jepara dan ibunya Ngasirah. Setelah menikah, dia mengabdikan hidupnya untuk rakyat. Ia tidak membeda-bedakan rakyat, entah itu dari golongan bawah, menengah maupun atas.
Kardinah berjasa dalam kemajuan kesehatan di Kota Tegal. Ia yang membangun RSUD Kardinah. Dahulu saat membangun balai kesehatan yang sekarang kita kenal sebagai RSUD Kardinah, dia hanya mempunyai modal sebesar 16.000 golden dari hasil penjualan buku karangannya berjudul “Cara Membatik” ditambah bantuan dari Residen Pekalongan, yang bertujuan untuk memberikan bantuan pengobatan kepada rakyat yang kurang mampu.
Karena jasanya itu Kardinah dikenang sebagai tokoh pahlawan yang berjasa untuk Tegal terutama dibidang kesehatan. Balai pengobatan yang ia dirikan sekarang sudah menjadi rumah sakit umum daerah di Kota Tegal.
Namun, nahasnya semua perjuangannya dibalas dengan tragis. Lantaran ia dan keluarganya dituduh sebagai kolonialisme. Yang membuatnya meninggalkan Tegal untuk beberapa waktu. Kemudian dia harus dihadapi dengan peristiwa Tiga Daerah.
Peristiwa Tiga Daerah merupakan gerakan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat lokal yang kecewa oleh pemerintahan setempat karena mempercayakan orang-orang Belanda sebagai pejabat pemerintah. Kelompok ini dipimpin oleh orang bernama Kutil atau Sakhyani yang dirinya berprofesi sebagai tukang cukur.
Karena sasaran dari gerakan ini adalah orang-orang yang memiliki jabatan seperti Bupati, Walikota, Camat, atau Lurah. Suami dari Kardinah kala itu menjadi sasaran gerakan tiga daerah.
Namun pada saat itu suaminya sedang tidak berada di rumah, alhasil RA Kardinahlah yang menjadi sasaran gerakan tidak bermoral ini. Beliau dipakaikan kain goni sembari diarak keliling kota dan diolok-olok karena dituduh sebagai antek-antek Belanda, yang padahal jika diingat-ingat R.A Kardinah merupakan sosok yang sangat berjasa di Tegal terutama dalam hal kesehatan.
Karena arak-arakan yang membawa RA Kardinah sangatlah menyedihkan dan penuh paksaan, beliau mengeluh kesakitan. Akhirnya arak-arakan itu berhenti tepat didepan rumah sakit, menariknya rumah sakit tempat mereka berhenti adalah rumah sakit yang dahulu R. A Kardinah bangun yang duluhnya bernama Balai Kesehatan.
Peristiwa itu sangat membekas dibenak Kardinah, sehingga ia memutuskan untuk pindah ke Salatiga sampai akhirnya beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 5 Juli 1971, tepat saat usianya menginjak 90 tahun.
Kardinah dan jasanya kelak akan dikenang selalu oleh semua orang terutama masyarakat Tegal. Ia merupakan bukti bahwa status kebangsawanan itu tidak lagi penting karena baginya yang penting adalah kemajuan kesehatan di Kota Tegal.***